Paling

Kepergianmu sungguh merenggut seluruh penalaran; Apakah aku bisa? Bagaimana nanti? Bagaimana jika?
Aku butuh pereda. Jika dulu merindukanmu hanya cukup bertanya kabar lewat gawai saja, kini aku akan lebih sering merengkuhmu lewat bait-bait do’a.
Maaf untuk hati yang dulu pernah kau besarkan, sementara ini ia patah dan hilang arah.
Aku titipkan kau pada semesta, kiranya Ia mampu sampaikan bahwa; dunia hanya menyamarkan jejakmu tapi tidak mampu hapuskan namamu.
Sungguh.. mencintai yang paling, merindukan yang paling dan kehilangan yang paling.

(Selamat bertemu sang pencipta, papa :’)

Bicara Uang

Assalamualaikum..

Hari ini aku akan bahas sesuatu yang sangat sensitif, yaitu berbicara soal uang. Ya, aku masih berstatus mahasiswi yang tidak berpenghasilan. Aku hanya ingin berbicara uang dari sudut pandang anak muda sekarang ini. Tidak bermaksud menggurui bahkan merasa lebih pintar dalam membicarakan & mengelola keuangan.Semuanya bersumber dari keresahan hati.

Seminggu ini aku banyak sekali berinteraksi dengan teman-teman semasa SD/SMP/SMA yang qadarullah sudah menikah. Mereka ada yang menjadi wanita karir dan ibu rumah tangga, tentunya suami mereka juga seorang pekerja.Aku terlalu prematur untuk ngobrolin masalah rumah tangga,karena aku masih single. Hanya saja ini adalah sekelumit cerita problematika rumah tangga yang bersumber pada ekonomi rumah tangga itu sendiri. Aku baru paham ternyata money management itu sangat crucial adanya dalam rumah tangga mungkin dalam kehidupan kita yang masih single. First, kita bedakan masalah temanku satu persatu ya.

1. Suami bekerja, istri bekerja, penghasilan suami seluruhnya diatur oleh istri.

2. Suami bekerja, istri bekerja, suami tidak memberikan penghasilannya dengan alasan si istri berpenghasilan.

3. Suami bekerja, istrinya tidak bekerja, peghasilan suami diatur oleh suami dan si istri hanya diberi jatah pokok bulanan (cukup nggak cukup harus cukup).

4. Suami bekerja, istri tidak bekerja dan istri tidak pernah tahu penghasilan suami secara rinci walaupun usia pernikahan sudah bertahun-tahun lamanya.

Well see?? ternyata banyak macamnya ya rumah tangga itu. Ada juga teman Perempuanku bilang “my sallary slightly higher than him dan gue merasa gue bebas mau gimanapun, toh semua kebutuhan rumah tangga banyaknya gue yang tanggung kok”. Atau bahkan ada temenku yang bilang “aku megang duit suami, tapi aku nggak berani nyuil buat jajan bakso sekalipun padahal suami gak pernah ngelarang. rasa-rasanya tetep kagok dan riskan, ujung-ujungnya aku kepengen kerja dan punya penghasilan sendiri”.

Sekarang aku prefer ingin membahas masalah pentingnya bicara uang sebelum menikah dengan pasangan untuk mengurangi secuil permasalahan yang ada di dalam rumah tangga itu sendiri. Semakin banyak permasalahan rumah tangga teman-teman yang mereka bagikan kepadaku, aku semakin yakin bahwa penting sekali adanya keterbukaan diantara pasangan yang berencana untuk menikah. Seperti contoh kasus diatas bahkan ada istri yang setelah menikahpun dia nggak tahu berapa penghasilan pasti suaminya. Bukankah “katanya” cinta itu kuat jika dibangun dengan keterbukaan dan kepercayaan?.

Zaman sekarang aku rasa berbicara masalah penghasilan  atau uang kepada pasangan itu masih menjadi hal yang tabu dan kurang sopan di bandingkan bicara soal seks. Padahal masalah uang is one of the biggest reason for divorce, ngeri nggak tuh?.

Khususnya untuk perempuan, sepertinya harus lebih strict soal uang, wajib sekali nyari pacar dan calon suami yang bisa diajak diskusi tentang apa saja, terlebih soal uang. Kalau pacar atau calon suamimu itu sudah bekerja jangan kagok tanyakan penghasilannya berapa? setiap bulannya uang itu masuk pos mana saja? untuk nabung berapa, biaya operasional berapa, sodaqah dan zakat berapa, terus untuk ngasih orang tua berapa, untuk traveling berapa. Gak perlu takut atau malu kalau dibilang kolot person dan matre, ini demi kalian juga kok lagian kita cuman pengen tahu angkanya doang, nggak ada niatan minta walaupun kalau berbaik hati mau kasih kita nggak akan nolak (jangan tolak rezeki karena pamali). Karena menurutku cinta juga gak buta materi untuk sebagian orang, jadi sudah seharusnya berpikir keras ketika akan melangkah serius. Untuk laki-laki, tolonglah sedikit mengerti kita ini tanya ini itu bukan mau ngeretin duitmu. Jangan sampai kalau pacar atau calon istrimu tanya berapa penghasilanmu perbulan kalian mencak-mencak terus bilang “gaji itu privasi” giliran buka kancing baju pacar yang jelas-jelas sangat privasi kamu anteng-anteng aja tuh. Perempuan dan laki-laki harus realistis soal uang karena uang hanya salah satu dari sekian banyak permasalahan dalam rumah tangga (mohon koreksi untuk yang sudah berumah tangga). Baiknya sebelum nikah harus ada hitam diatas putih atau “perjanjian pra nikah” semisal nanti uang suami yang pegang siapa, biar gak ada istilah satu atap dan satu ranjang tapi nggak tahu gaji suami berapa, halal atau haram dll.

on another note, komunikasi itu jalan dari semua masalah yang ada. Kata temenku “buang jauh pikiran somehow kehidupan dan keuangan kita tetep sama saat kita masih single atau pas tinggal serumah dengan orang tua”. Akupun berpikir demikian, sebelum nikah kita harus mikir pahitnya dulu. Jangan mikir enaknya aja bisa halal lepas dari zinah, bebas umbar kemesraan di sosial media tanpa ada yang komentar pakai ayat-ayat suci. Jauh dari itu, ada mental yang harus kita bangun sedari single, siap nggak kita suatu hari bangun your kingdom “together” from zero, bisa gak kita suatu hari atur duit sedikit dengan kebutuhan yang lebih banyak, bisa nggak kita keluar dari bayang-bayang bantuan orang tua yang kadang bikin kita nyantai dan merasa aman finansial? Bisa nggak kita siap melangkah ke kehidupan yang totally different from their upbringing?.

Jangan salah, banyak temanku juga yang setiap hari ngomel di Facebook karena suaminya loyo kerja, penghasilannya gak menentu. Mereka kenapa? Mereka kaget karena dari awal mereka pacaran tidak diskusi banyak masalah ini. Yang sering dibahas hanya angan-angan saja. Like “nanti mau punya anak berapa, rumahnya segede apa, kendaraan mau merk apa” dikira nyekolahin anak gak pakai uang? Dikira bikin rumah cuma butuh sketsa? Dikira beli kendaraan kaya beli gorengan tinggal comot?.
Oke setiap rumah tangga pasti dikasih rezeki dan keberkahan berlipat. Tapi rezeki itu harus di cari bukan? Rezeki itu harus diatur biar berkah penggunaannya bukan?.
Terus kalau ada yang bilang “rumah tangga kan belajar setiap hari”. Iya, memang tapi apa salahnya kalau ilmunya dicari saat masih single? kenapa pas baru nikah belajarnya?. Ibarat nyapu deh, itu kan bisa banget kita belajar pas single gak perlu nunggu nikah.

Sedari single yuk banyakin belajar tentang apapun, no offense sekarang banyak banget orang yang dikit-dikit ingin menikah kemudian pilih-pilih kajian yang temanya pernikahan saja. Tema kajian yang lain dirasa kurang menarik karena ya itu, kita terlalu menyelami dunia maya. Lihat selebgram dilamar baper, ditanya nikah kapan baper, dikit-dikit desperate kalau putus cinta. Kajian tentang nikah itu bagus kok memang, tapi harus seimbang sama kajian atau seminar-seminar lain semisal; kajian tauhid, kajian keimanan, seminar financial planning, seminar self development. Pokoknya jangan brainwash yourself hidup ini tentang nikah aja. Nikmatin hidup tanpa tergesa-gesa, yang belum selesai kuliah ya kuliah dulu, yang pengen kejar karir ya monggo. Kecuali memang dihatimu tekad kuat ingin menikah muda ya mangga. Terpenting jangan sedikit-dikit ngoyo pengen nikah tapi calonnya aja belum ada. Kamu, jangan terlalu maksa, enjoy your way and do something positive.

Intinya aku cuman mau ngajak teman-teman semua untuk “biasa saja dan menganggap lumrah” jika pasangan ask your salary”. Biar “pruk prak” kalau kata bahasa sundanya mah.

Pesantren Calon Sarjana

Assalamualaikum..

Baca judulnya pasti terheran-heran, kok pesantren tapi calon sarjana???. Selow.. selow.. biar ku jelaskan..

Jadi beberapa minggu kebelakang aku disibukan dengan Pesantren Calon Sarjana ini. Kampusku memang kampus islam swasta di Bandung, walaupun tidak begitu seislami kampus lainnya dalam hal pakaian, tapi untuk segala hal yang berbau mata kuliah, kedisiplinan, dll itu sudah sangat baik diterapkan layaknya kampus-kampus Islam di luaran sana. Hal yang menarik dari kampusku dimulai dari saat awal pengenalan kampus, entah dikampus lain apa namanya, namun kampusku menamainya dengan “Ta’aruf Universitas”. Walaupun hanya beda dari penamaan tapi dikampusku juga diharuskan untuk mengikuti Program Pengembangan Pribadi Muslim (P3M) setelah proses Ta’aruf berakhir.
P3M merupakan program untuk membangun kepribadian mahasiswa baru yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa sebagai syarat lulus sidang. begitu… Setelahnya barulah kita ospek guys, kalau ospek ya gitu-gitu aja sama layaknya kampus lain.

Nah ketika perkuliahan berjalan kita diharuskan mengikuti mentoring Al-Qur’an, di mentori oleh kakak-kakak dari bidang keagamaan, tujuannya agar semua mahasiswa baru bisa mengaji, baca tulis Al-Qur’an.

Setelah pertemuan mentoring sudah memenuhi kriteria barulah kita bisa mendaftar “Pesantren Mahasiswa Baru”, sertifikat ini juga untuk syarat sidang. Pesantren maba itu dilaksanakan 5 hari di kampus II, fyi kampusku juga punya tempat yang berbeda untuk menggonjlok mahasiswa nya saat pesantren, semacam asrama gitulah pokoknya. Tempatnya lumayan jauh dari kampus utama.

Pesantren adalah momok yang menakutkan bagi orang-orang yang belum bisa ngaji, tapi menjadi hal yang membahagiakan karena selama di asrama/ kampus II, anak kost seperti aku ini dapat memperbaiki gizi (Sehari makan 3x ditambah coffe break 2x) nahtuh.. bahagia kan? Hehe

Kegiatan di pesantren maba tergolong sangat jenuh, karena ya namanya juga pesantren.. ngaji, solat, dengerin ceramah, makan, belajar. Tapi, sejenuh apapun kita harus tetap serius agar bisa lulus pesantren maba, kalau nggak lulus kita nggak bakal boleh ikut pesantren calon sarjana dua tahun mendatang.

Untuk pesantren calon sarjana sendiri merupakan salah satu kunci ibaratnya untuk menuju sidang skripsi. Alhamdulillahnya ternyata pesantren calon sarjana lebih slowly, contohnya bangun solat tahajud jam 03 : 30 wib. Padahal pas pesantren maba kita harus udah siap di mesjid jam 03 : 00. (30 menit bagi kami sangat berharga). Setelah solat subuh berjamaah bisa pulang ke asrama untuk tidur, dulu diwajibkan untuk olahraga. (teuteup anaknya moloran).

Kalau soal menu makanan highly recommend pas zaman pesantren maba dulu deh, gak tau kenapa masakan kemaren gak ada yang puolll.. tapi ya disyukuri dan dimakan sampai habis tok (iyalah, pesantren bayarnya mahil).

Kalau materi pesantren nya lebih ke diskusi dan pengarahan setelah lulus di dunia kerja, kajian pra nikah (takutnya ada yang mau nikah setelah lulus) dan melatih diri untuk melek sosial tapi tetep agamis. Contoh : tanggapan mengenai pernikahan dini dan pernikahan usia dini, macam-macam aliran sesat, dan bagaimana cara birulwalidain alias menghormati orang tua dan guru, belajar untuk khutbah dan ceramah. Juara banget sih materinya, cocok dan memang perlu sekali diajarkan kepada mahasiswa tingkat akhir yang sebenatar lagi akan melepas label mahasiswa. Diakhir masa pesantren ada test lisan (baca Al-Qur’an) dan tes tulis. Seru ya? Hehe

Sekarang udah masuk bulan Ramadhan, jadi inget juga pas masih SD, SMP dan SMA ada pesantren kilat hehe nulis di buku ceramah dan kadang kalau lagi mager bisa di TTD sendiri hehe sekarang kalau masih dilestarikan kegiatan tersebut tinggal lihat aja di google copas gitu (jangan ditiru). Dulu enggak kepikiran kesana.. :’)

Btw, maaf lahir bathin ya teman-teman.. semoga puasa sebulan kedepan berkah dan kualitas ibadahnya meningkat. Salam..

Gagal Move On???

Assalamualaikum Hallo..

Apa kabar nih? Masih single? Hehehe sama kok, tenang aja.

Kesendirian itu bukan sesuatu hal yang tabu kok, yang tabu itu yang nggak pernah ada niatan untuk menikah sampai akhir hayat. Kalau cuma single sementara karena alasan kesiapan dan belum ada calon mah gak apa-apa banget yang penting jangan beralasan karena belum move on aja hehe..

“Move on” kata yang paling gampang diucapkan tapi untuk dijalanin berat banget, ibarat mikul kapas satu ton!! Btw, kapas satu ton sama batu satu ton berat mana hayooo?????..

——-skip——

Jadi gini gaes, aku sering di bercandain sama temen,

“Teh, gagal move on apa ya?”

“Teh, kenapa belum punya pacar lagi?”

Merasa keganggu? Tentu.

Gini loh, ndak semua yang sendirian itu masih terluka dan berdarah-darah, ndak semua juga yang memutuskan untuk ndak pacaran itu gagal move on.

Pada dasarnya sifat manusia itu pemaaf, tapi bukan pelupa. Seseorang yang hatinya pernah hancur itu mampu kok memaafkan dan berdamai dengan keadaan, hanya saja ingatannya akan tetap sama dari waktu kewaktu kecuali, kalau memang sudah pikun karena faktor usia atau kepentok centongan mejikom terus amnesia gitu.

Kalau ditanya kenapa gak pengen pacaran lagi so pasti aku bilang, capek. Capek karena harus menjalani sesuatu yang gak pasti, buang-buang waktu, dan kadang membuat kita tidak menjadi diri sendiri ya nggak sih?.

Kita dengan sadar selalu memberikan pemakluman-pemakluman terhadap diri sendiri saat menjalin hubungan dengan seseorang. “Maklum aja, aku mah di selingkuhin juga kan emang kurang cantik dan pinter” atau “wajar lah dia minta aku kaya gini gitu kan dia mau aku lebih baik” dan kebodohan lainnya yang berulang kali secara langsung membuat kita menjadi “im just being me” karena intervensi.

Pun semua orang ketika menjalin hubungan juga malah lupa, lupa menakar kira-kira kebiasaan yang mana yang bertambah, kebiasaan baik kah? Atau buruk kah?.

Aku pastikan lebih banyak kebiasaan buruk yang bertambah dibandingkan dengan kebiasaan baik. Tapi lagi-lagi kita selalu memberikan pemakluman-pemakluman sehingga yang kita akui yang baiknya saja.

“Dia bisa merubah aku jadi lebih baik kok!” Lah iya? Jadi lebih baik atau menjadi orang lain? Pasti deh orang yang selalu ngomong seperti ini pas putusnya jadi lebih berantakan dari sebelumnya, karena ya… yang hanya bisa merubah kamu ya diri kamu sendiri, orang lain yang habis-habisan merubahmu lebih baik itu hanya merubahmu menjadi orang lain yang mungkin kamu nggak kenal sama sekali.

Udah deh, jangan selalu melakukan pemakluman dan pembenaran atas pacarmu itu, kalau dia ingin kamu lebih baik dia nggak macarin kamu. Dia nikahin kamu pasti, karena dia nggak cuma pengen kamu yang berubah tapi dia juga, berubah dan merubah kehidupan secara bersaam-sama. Gak ada yang merubah satu sama lain menjadi orang lain akhirnya, tapi merubah diri sendiri ke arah yang lebih baik karena menyadari sang pemeran utama kehidupan ya dirinya sendiri.

Jadi lebih baik sendirian aja dulu dan memperbaiki diri sendiri, biar pas ketemu sama jodoh udah “mendingan” dibandingkan dulu kala saat sering merubah diri seperti bunglon (pas pacaran sama si A jadi Hijau, pas pacaran sama si B jadi orange). Cari orang yang bisa membuatmu jadi diri sendiri. Gak bikin kamu jadi kakaknya atau mamanya atau bapaknya sekalipun, kan ada tuh yang bilang “aku pengen kamu seperti ayah aku blaa… bla… bla..” padahal naluriah yang namanya kepemimpinan itu lahir dari proses internal, gak perlu harus plek ketiplek sama bapak you gituloh. Ngerti nggak? Ngerti aja lah ya.. hehe

Jadi diri kamu sendiri itu penting tapi menjadi diri kamu yang baru itu sebuah keharusan. Ada kebiasaan-kebiasaan buruk yang harus kamu tinggalkan, ada kenangan-kenangan pahit yang kamu harus tanggalkan tanpa menjadi yang lain. Move on itu mudah yang berat itu balikin ikan yang dimasak dipenggorengaan (takut kecipratan minyak).

Teruntuk Tuan (Si Jiwa Fiktif)

Sejak mula banyak kecewa, Puan tak pernah lagi berbaik hati pada selainmu. Sekalipun banyak kecipak cahaya menyibak penuh semerbak, nyaris hati menguncup dan berdegup. Tidak Tuan! Puan menunggumu.

Tuhan telah janjikan Tuan untuk Puan 50.000 tahun sebelum dunia nyata ditata. Tak perlu Puan menagih tunai pagi ini bukan?.

Tuan, berjuta kali Puan hantarkan do’a untukmu, agar tak lekas datang hanya karena penuh paksa. Apalagi dipaksa bilangan umurmu, atau bilangan kalimat tanya dari jutaan umat manusia yang tak tahu apa-apa.

Puan pinta pada Tuhan, untuk memintalmu menjadi manusia yang haus kubikan ilmu, berjuang dan bertanggung jawab untuk seluruhmu, Tuan.. sebelum denganku.

Tuan, berbenahlah atas kesalahan masa lalu. Tak mengapa sesaat gelap sesaat silap, lalu terang karena sadar hidup cuma sebentar. Lebih baik Tuan, itu baik.

Tuan, Puan tak apa semampai menunggu sampai capai. Asal kau datang setelah jelang penuh timbang.

Bandung, 02 Maret 2018.

Kita Selalu Egois Bahkan Saat Tidak Bersama Lagi.

Assalamualaikum..

“Sudah, mungkin dia bukan yang terbaik buat kamu”.

Ya, kalimat yang biasanya diucapkan kepada seseorang yang ditinggalkan, dicampakkan, disakiti, dikecewakan. Sudah sering dengar kalimat tersebut bukan? Atau kebetulan kalimat tersebut pernah tertuju pada diri kita sendiri. Mohon baiknya kita tidak mengamini.

Seberapa yakinkah kita bahwa kita adalah orang yang paling pantas untuk berada disamping seseorang? Tolak ukur apa yang membuat kita merasa berharga dan tidak semestinya dikecewakan oleh orang lain? Atau Sesempurna apa diri kita ketika kita dengan lantang berkata “Mungkin dia nggak baik buat aku”.

Kawan, hapuskanlah jauh rasa egois yang tertanam dalam diri ini bahkan saat seseorang pergi dan memutuskan untuk tidak lagi bersamamu.

Menyalahkan orang lain dan menjadikan orang lain sebagai bulan-bulanan rasa kecewa adalah bentuk kesia-siaan.

Mengapa tidak kita mencoba menasehati diri dengan “Mungkin aku bukan yang terbaik buat dia”. Sehingga hati ini dan seluruh yang menguasai pikiran ini bisa selalu berdamai dengan keadaan.

Percayalah ketika kita selalu merasa “diri ini tidak pantas” kita akan terus berusaha memantaskan diri, tidak merasa puas hanya karena menyalahkan orang lain yang menurut kita “tidak pantas dan baik”.

Kalimat mantra ini adalah kalimat mantra paling efektif bagi sesiapapun yang ingin mudah ikhlas untuk memaafkan seseorang, tidak mudah menaruh dendam, bahkan supaya kita dapat bergegas move up.

Kita adalah apa yang kita percayakan pada diri kita.

Gagal Ta’aruf Beginilah Kehidupan Seorang Akhwat Sekarang.

Assalamualaikum..

Judulnya click bait banget ya? Hehe

Hai teman-teman yang sedang galau perihal jodoh, saya disini akan sedikit cerita tentang pengalaman kali pertama saya ta’aruf. Barangkali bisa berbagi pelajaran hidup dalam proses mencari jodoh tanpa melalui proses pacaran.

To the point aja ya, beberapa bulan kebelakang sempat ada seorang Ikhwan yang mengajukan form CV ta’aruf, beliau belum pernah saya kenal sebelumnya dan sama sekali tidak ada gambaran apapun mengenai profilnya.

Harap maklum karena masih belum paham dan ada rasa ingin tahu juga maka saat itu juga saya membuat form balasan CV ta’aruf (bikinnya dadakan dan seadanya).

Tidak terjalin komunikasi yang sebagaimana mestinya setelah pertukaran CV tersebut. Kita hanya saling menanyakan perihal kekurangan isi formulirnya saja. Beberapa bulan berlalu, beliau mengajak saya bertemu dan terkesan memaksa. Setahu saya nadzhor itu harus dilakukan karena memang pihak Ikhwan sudah ingin melanjutkan keseriusannya.

Karena pada saat itu tidak ada Mahrom dari pihak Ikhwan, maka dari pihak saya yang membawa Mahrom. Tapi dalam tahap ini saya merasa ada yang nggak beres, beliau sempat minta untuk cepat-cepat dan bilang “sebetulnya kita berdua aja juga nggak masalah yang penting kan ketemunya di tempat ramai toh ini cuma mau menjawab 20 pertanyaan kamu saja”. Tapi aku tetap keukeuh gak mau kalau khalwat (berduaan) walaupun ditempat ramai.

Dalam hati tetep gumam “Husnudzon aja, mau ngetes kali dia”.

Terjadilah pertemuan yang hanya satu jam itu, beliau menjawab 20 pertanyaan yang memang ingin saya langsung dengar jawabannya mulai dari hal sepele sampai hal yang paling serius sekalipun. Kemudian beliau balik menanyakan tentang kemampuan keluarga saya secara finansial untuk penyelenggaraan pernikahan dll.

Lalu saya menanyakan kesiapannya untuk menikah kapan dan beliau menjawab “Akhir 2018”.

“Ini mau ta’aruf atau mau ngajak pacaran sih lama bener. Sekiranya masih lama ya nanti saja lah ya ketika memang benar-benar siap awalnya bilang awal tahun kok sekarang jadi akhir sih? Gak konsisten” dalam hati.

Menangkap banyak sekali hal yang mencurigakan aku meyakinkan kepada beliau bahwa “Tolong dipikirkan dan diobrolkan lagi baik-baik dengan keluarga dan semakin rajin istiqorohnya mas”.

Setelah melalui banyak proses, doa kepada Allah, diskusi dengan teman yang berpengalaman, dan bertanya di majelis taklim ternyata banyak ketidak condongan hati saya terhadap beliau. Mungkin karena memang bukan jodoh yang Allah tetapkan, lalu saya dengan penuh santun menolak kelanjutan Ta’aruf ini kepada beliau.

Sayangnya beliau mungkin tersinggung dan sedikit membela diri. Lalu Masha Allah dengan sendirinya beliau menjawab “Sebenarnya saya tidak sedang ta’aruf dengan Neng saja”.

Alhamdulillah… Alhamdulillah.. Allah berikan jawaban langsung hari itu juga bahwa sebenarnya dia belum siap berta’aruf. Entah apa yang ada dipikirannya dengan mengajak ta’aruf beberapa orang sekaligus? Sedangkan menurut adab berta’aruf itu hanya harus dengan satu orang saja, jikapun merasa tidak srek akhiri dulu dengan yang sebelumnya barulah memulai ta’aruf lagi dengan yang lain.

Begitulah kiranya, Allah maha baik…

Bagi teman-teman yang hendak berta’aruf mohon dengan sangat untuk:

1. Meyakinkan hati siapkah kita menikah? Karena setelah di telisik saat proses ta’aruf itu saya belum sama sekali siap untuk menikah. (Tapi terkadang Allah yang paling tahu kadar kesiapan hamba-Nya)

2. Pastikan dari awal sudah punya target menikah yang tidak lebih dari 6 bulan pada saat proses ta’aruf tersebut.

3. Pastikan orang tua mengetahui dan menyetujui ta’aruf tersebut.

4. Pastikan ta’aruf hanya dengan satu orang saja.

5. Pastikan seluruh proses ta’aruf sesuai Syariat Islam.

Kini si akhwat itu sedang tersenyum malu, melihat tumpukan buku untuk bahan Tugas Akhirnya, sekian.

Aku Suka Main

Suka sedih dan malu aja kalau ditanya orang “Neng, suka jalan-jalan ya udah kemana aja?” Hmmm bukan apa-apa, kesannya si aku ini udah melanglang buana dan melanglang dunia. Padahal tiap hari ngukur jalan dari Kostan-Kampus-Kostan-Kampus. Sisanya paling ke emol, itupun kalo ada perlu saja. Postingan photo liburan ya paling ke situ-situ aja, belum kemana-mana (lagi).

Sejujurnya aku lebih suka ditanya “Neng, seneng main ya?” Karena emang aku orangnya suka main kalo moodku lagi bagus (mood disini selain suasana hati adalah suasana isi dompet), kalo udah bete ya ngamar aja sampai lupa mandi makan dsb. Kalo “Main” konotasinya kan gak begitu bolang gitu.

Dari kecil zaman keluarga masih tinggal di Asrama Militer memang udah seneng kabur-kaburan, apalagi ngelewatin kantor pos penjagaan (Provost) udah lihai lah asruk-asrukan dan petak umpet sama Tentara yang jaga cuman karena pengen naik bianglala di pasar malam. Mitos anak Tentara yang bandel itu menjadi Fakta pas bagianku–

Babeh adalah orang yang sangat tegas dan disiplin, dulu aku memaknainya “Galak” hehe apalagi urusan agama, setiap habis magrib disuruh ngaji di mesjid pulangnya langsung di test ulang, gak jarang sapu lidi sebiji melayang di pangkal kaki karena lupa atau salah. Urusan sekolah juga bukan lagi, nilai jelek atau nggak nurut anak-anaknya di kurung dikamar sampai nangis terisak tak ada ampun.

Kalau babeh piket atau apel kesempatan buat anak gadisnya blusukan, keluar asrama hehe karena kebanyakan anak Tentara senasib dan sepenanggungan yang artinya sama-sama mendapatkan pendidikan semi-militer dirumah, yang kemudian terlahirlah genk-genk anak bengal.

Pernah dengan Ratih, Asti, Elin kawan baong dulu nyolong jambu biji di rumah tetangga kemudian dengan sengaja rusak pager rumah orang cuma karena ingin buah arben yang sebenarnya kalo minta pasti dikasih. Hmm ya gitulah, pengen tantangan atau nantangin beda tipis.

Main ke Dapur Asrama cuma buat nyolong tahu padahal dirumah udah makan kenyang pake gule sapi pula, amat sangat tidak merasa paus… Eh puas maksudnya.

Ngelilingi Asrama yang luasnya naujubilah karena ingin nyari air sungai biar bisa ngojay, terlaksana sih tapi besoknya kita semua gatal-gatal dan alfa sekolah berjamaah. Setelah beberapa kali interogasi warga sekitar, sungai itu ternyata tempat mandi kebo gaissssss.. oke oke.

Sering banget malak duit om-om di barak, ancem pakai nama bapak hahaha untung temenan sama Ratih anaknya komandan kompi, mereka nurut aja tapi.

Gak akan habis lah kalau ditulis satu-satu kenakalanku, intinya aku suka banget main.

Sampai suatu hari Babeh harus pindah tugas dan pindah rumah ke Sukabumi aku agaknya rada-rada insyaf (karena faktor lingkungan).

Di Sukabumi aku justru menjadi anak yang baik dan jarang main. Mau nyolong jambu biji eh punya pohonnya depan rumah malah bonus pohon mangga, rambutan, durian dll. Pengen rusak pager rumah orang, disini yang dipager kayu kandang ayam!!! Bukan halaman rumah kaya pas waktu di Garut, kalo maling ayam khawatir di pidanakan

Bentuk keputus-asaan inilah yang membuat aku insyaf pada akhirnya, hari-hari cuman sekolah-madrasah-kobong.

Sejak pindah setiap libur sekolah selalu minta liburan ke Garut, kelas 1 SMP aku sudah bolak balik Sukabumi-Garut sendirian, modal kertas sketch ala-ala babehku– ia gambarkan mobil seperti apa yang harus aku naikin sekaligus stiker rute di mobilnya, turun dimana, ongkosnya berapa. Jadi bukan hal yang sulit untukku bepergian jauh atau merantau seorang diri.

Setelah lulus SMA aku merantau kerja di Bogor-Jakarta-Cisaat, tak pernah kudapati babehku cemas. Malah tak sekalipun ia menjenguk atau mengatakan bahwa ia rindu, ter-nggak pandai mengungkapkan rasa. Sekarang aku kuliah di Bandung pun terhitung satu kali saja beliau menyambangi anaknya semester 5 yang lalu, pun itu karena aku yang minta. Beberapakali ia tahu kabar kalau aku Bagpackeran ke Kediri dan Jogja, atau touring motoran Bandung-Garut Selatan-Cianjur Selatan beliau biasa saja malah yang sangat bawel dan over adalah mamah dan kedua kakakku.

Malam kemarin saat babeh dapat kabar bahwa kakakku mendapatkan pekerjaan baru beliau nyeletuk “Ditugasin dimanapun mau beda pulau namanya tugas ya harus dijalankan namanya juga tanggung jawab asal jangan lupa ibadah, babehmah ridho tapi gak mau rugi. Ruginya gak mau hasil ngedidik dari dulu teh sampe nyepretin lidi ke betis gak nempel dan malah jadi pertanggungjawaban berat di akhirat nanti, da kalau jauh mah orang tua sebatas mendoakan penjagaan terbaik mah itu ibadah (pertolongan Allah)”

Touches ma heart banget babeh-babeh ini. Betul banget setiap nelpon walaupun jarang dari zaman kerja sampai kuliah sekarang yang diingetin terus ya ibadah, ibadah dan ibadah.

Alhamdulillah selalu positif thinking sama beliau walaupun cuek tapi sebenarnya dari tatap matanya sangattttttt teramat sayang anak-anak dan cucunya, gak pakai kata tapi dengan laku. Terimakasih beh, selalu percaya pada setiap apa yang anak-anakmu pilih dan tentukan walaupun terkadang beberapa ada yang mungkin membuatmu kecewa.

Terimakasih karena gak riweuh nelponin kalau anaknya lagi anteng main, terimakasih karena gak pernah protes kalau anaknya tiba-tiba udah di tempat tujuan. Love u beyond moon and back 💕

Jadi gitu sih aku suka main tapi gak suka di bilang seneng jalan-jalan kesannya udah ngelilingin Indonesia atau udah pernah ke luar negeri, padahal di daerah sendiri aja masih buta jalan, alamat. Ya, semoga lah ya suatu saat bisa “Jalan-Jalan yang sesungguhnya” sama keluarga atau sama kamu juga, gimana?.

Btw, ada yang bisa bedain arti kata main dan jalan-jalan? versi aku sih kalau main kan gak perlu jauh dan punya duit dan sederhana aja gitu kata-katanya. Kalau jalan-jalan kayaknya mewah banget dan butuh duit. Hehehe

CANTIK ITU SUDAH PASTI PEREMPUAN

Assalamualaikum.. Beberapa penelitian diluar negri telah menghasilkan penemuan-penemuan yang sangat mengejutkan, pasalnya kita jadi tahu kalau ternyata fisik seorang anak merupakan warisan genetic dari ayahnya, sedangkan ibu memiliki andil dalam mewariskan kecerdasan bagi anaknya. Setelah ada penemuan ini apakah para calon anak dapat memilih dari sperma dan indung telur mana ia dapat berbuah? jawabannya tetap tidak, sebab jikapun bisa ini pasti akan menjadi mimpi buruk bagi Pangeran William dan Kate Middleton karena harus beranak-pinak dengan jangka waktu yang tidak dapat ditentukan. Hampir setiap perempuan mengelu-elukan kondisi fisik yang Cantik nan rupawan, enak dilihat, tak bosan dipandang, dan ndak malu-maluin. Mereka rela dipermak sana-sini supaya bisa menutupi segala kekurangan yang ada, karena pada dasarnya perempuan memang memiliki dorongan yang lebih kuat untuk merawat tubuh dibandingkan dengan laki-laki. Seolah telah menjadi stereotype bahwa perempuan cantik adalah mereka yang memiliki kaki yang jenjang seperti Vicky Shu, kulit putih mulus seperti Chelsea Islan, rambut yang sehat dan berkilau seperti Anggun C Sasmi, Bibir yang penuh seperti Manohara, mata yang tajam seperti Pevita Pearce, hidung yang mancung seperti Raline Shah dan body goals seperti Ariel Tatum. Bak Gayung besambut keadaan ini disebabkan karena adanya tuntutan dan doktrin secara tidak langsung dari lingkungan sekitar, dimana semakin banyaknya iklan-iklan produk kecantikan yang selalu menyisipkan anekdot ketika seseorang yang sedang berjerawat dan berminyak seolah worry, kemudian seseorang yang memiliki kulit hitam dan kusam merasa tidak percaya diri diantara pemilik kulit putih mulus dan bebas bulu atau seseorang yang tidak percaya diri karena memiliki berat badan tidak ideal. Keadaan-keadaan tersebut membuat para perempuan memiliki imajinasi liar yang dapat membuat ia melakukan berbagai macam cara agar percaya diri, mulai dari sulam alis, sulam bibir, tanam benang, sedot lemak, veener gigi sampai suntik silicon dijalani demi mendapat apresiasi dan pengakuan dari lingkungan tempat mereka berada. Tidak salah memang merawat diri namun perlu dipahami bahwa merawat berbeda artinya dengan merubah sesuatu yang telah Tuhan berikan. Cantik itu relatif Semua perempuan itu cantik karena kalau ganteng itu miliknya laki-laki, nah dari pernyataan tersebut kita bisa pastikan kalau “Cantik” itu tergantung dari sudut pandang seseorang itu sendiri, termasuk yang mendefinisikan bahwa cantik itu adalah mutlak sifat dasar perempuan. Sayangnya masih saja ada diluaran sana yang masih beranggapan bahwa Cantik itu mutlak dinilai dari fisik seorang perempuan saja, padahal menurut saya cantik itu relatif tergantung kamera apa yang dipakainya saat selfie Beautyplus atau 3’60 hahaha……… Adalah akhlak yang baik, hati yang baik, sifat yang baik, percaya diri, mandiri dan mempunyai intelektualitas yang tinggi yang sangat mewakili definisi Cantik versi saya. Saya setuju dengan pendapat bahwa Cantik itu mahal karena pengeluaran perempuan untuk merawat diri dari ujung kaki ke ujung kepala memang sangat mahal terlebih kalau yang terbiasa membeli produk kosmetik di makeup store seperti The Body Shop, Sephora atau Innisfree.. mak jleb harga-harganya buat mahasiswa rantauan mah bikin klenger. Tanpa disadari juga harga untuk memunculkan inner beauty atau kecantikan yang sesungguhnya itu sendiri jauh lebih mahal karena dibutuhkan jangka waktu yang lama dan tidak murah seperti; mengenyam pendidikan yang tinggi karena dapat membentuk manners dan mindset seorang perempuan. Disadari atau tidak kita masih hidup dilingkungan masyarakat yang Seksis karena saya masih menemukan beberapa kaum laki-laki yang berpendapat bahwa perempuan itu tidak perlu berpendidikan tinggi this is the ugly truth, bahkan ada yang sampai berpendapat bahwa “Kalo lu udah cantik, dunia ada ditangan lu”, yakali kita hidup cuma mau nyari dunia aja?. Para Patriarki yang maskulinitasnya rendah tersebut ibarat samberan petir dan patut untuk dihindandari oleh kaum perempuan, karena mereka masih belum sadar dan masih enggan menerima kenyataan bahwa perempuan itu adalah penyumbang Gen terbesar bagi kecerdasan seorang anak. So buat laki-laki yang ingin memiliki anak yang pintar dan cerdas maka menikahlah dengan wanita yang Cantik versi saya, jangan takut terintimidasi dengan perempuan yang berpendidikan karena perempuan yang berpendidikan pasti tau fitrahnya. Bahkan menikahi perempuan pintar dapat membantu dalam hal perencanaan kehidupan mulai dari perencanaan keuangan, perencanaan pendidikan bagi anak dll. Beruntung bukan?. “Perempuan cantik belum tentu pintar, tapi perempuan pintar sudah pasti cantik” Bagi para perempuan mari sama-sama belajar agar menjadi bibit unggul bagi generasi yang akan datang, menjadi pribadi yang percaya diri dan pandai bersyukur atas kesempurnaan fisik yang Tuhan berikan. Karena bagaimanapun fisik kita, kita adalah perempuan dan perempuan itu sudah pasti cantik.

Bukan Dialektika

Kerikil runcingpun Tuan, akan tumpul jika ia terlalu sering ditukik air hujan

Tak ada yang benar-benar mampu bertahan dalam kemelut ataupun kekecewaan

Terlebih soal melupakan, demi Tuhan itu teramat sulit

apalagi buku yang kau baca adalah milik Boy Candra

atau teduh bola matanya yang masih kau ingat disetiap penat

Kepayahan ini Tuan, tak pernah adil.

 

Aku hanya ingin tahu mengapa kau pernah secandu itu bagiku

Aku hanya ingin tahu apakah diotak sarafmu masih sempat sekelebat mengingatku?

atau kau memang telah baik-baik saja dan menganggap semua hanya picisan? Baca lebih lanjut